Langsung ke konten utama

Edge Computing

Puluhan tahun lalu, masyarakat di dunia tidak membayangkan bahwa mereka akan bisa memiliki perangkat komputer di rumah mereka. Kala itu perangkat elektronik dengan teknologi canggih yang bisa melakukan penghitungan rumit, hanya ada di beberapa perusahaan saja. Seiring perkembangan zaman, komputer pribadi mulai banyak tersedia dengan harga yang cukup terjangkau. Seluruh data tersedia dalam media penyimpanan, karena pada kala itu belum ada infrastruktur jaringan internet. 

Saat ini, hampir semua data ditransfer melalui jalur internet. Mulai dari aplikasi sederhana untuk mengetik pekerjaan, hingga bermain game. Bahkan menonton film juga dilakukan melalui fasilitas streaming. Semua data itu tersimpan dalam media server, yang lokasinya bisa saja di negara lain. Teknologi ini dinamakan cloud, contohnya Google Drive, iCloud dan Netflix. Cloud merupakan bagian dari teknologi internet of things atau IoT, yang digadang-gadang menjadi solusi untuk menuju revolusi industri 4.0. Namun, sistem ini memiliki beberapa risiko, mulai dari latensi akibat jauhnya jarak antara perangkat dengan server hingga potensi penyadapan data. 

Apa itu Edge Computing?


Edge computing merupakan sebuah solusi pemrosesan data yang terbukti membantu perusahaan mengatasi masalah latensi, tuntutan operasional, dan keamanan, teruma di lingkungan saat ini. Menurut The Verge, edge computing adalah sistem komputasi yang dilakukan pada atau di dekat sumber data. Jadi, tidak perlu lagi mengandalkan cloud untuk melakukan semua pekerjaan sekaligus. Alasannya, sumber data sudah berada lebih dekat dengan pusat data.

Data yang dihasilkan oleh perangkat internet of things (IoT) akan diproses lebih dekat ke tepi jaringan. Proses analisis data pun akan berlangsung lebih cepat. Pasalnya, kehadiran edge computing didasari oleh semakin banyaknya perangkat IoT. Perangkat tersebut menuntut adanya proses pengolahan data yang lebih cepat.

Oleh karena itu, edge computing dirancang untuk mempercepat dukungan terhadap aplikasi secara real time, seperti pemrosesan video, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), robotik, dan sebagainya. Hal ini ditulis oleh Network World. Saat ini, penggunaan edge computing terbilang ideal di berbagai situasi. Salah satunya yakni ketika koneksi internet pada perangkat IoT-mu buruk. Selain itu, keunggulan lainnya dari edge computing adalah dapat mengurangi latensi dan penggunaan bandwith yang tidak diperlukan.

Gartner memperkirakan, 75 persen data perusahaan diharapkan dibuat dan diproses di edge computing pada tahun 2025. Laporan Analythic Mason menunjukkan, perusahaan akan mengalokasikan rata-rata 30 persen dari anggaran teknlogi informasi (TI) mereka untuk edge computing selama tiga tahun ke depan.

Empat Bagian Edge Computing

Salah satu cara untuk melihat edge computing adalah sebagai serangkaian lingkaran yang memancar keluar dari kode data center. Masing-masing mewakili tingkatan berbeda yang bergerak lebih dekat ke tepi jauh.

  1. Provider: Ini adalah tingkatan "non-edge" tradisional, yang dimiliki dan dioperasikan oleh public cloud provider, penyedia layanan telekomunikasi, atau perusahaan besar.
  2. Service provider edge: Tingkatan ini terletak di antara pusat data inti atau regional dan akses mil terakhir, yang biasanya dimiliki dan dioperasikan oleh penyedia layanan telekomunikasi atau internet dan dari mana penyedia ini melayani banyak pelanggan.
  3. End-user edge: Tingkat tepi di sisi end-user dari akses mil terakhir dapat mencakup enterprise edge (misalnya, toko ritel, pabrik, kereta api) atau user edge (misalnya, rumah tangga tempat tinggal, mobil).
  4. Device edge: Sistem mandiri (tidak berkerumun) yang secara langsung menghubungkan sensor atau aktuator melalui protokol non-internet. 

Apa Manfaat Dari Edge Computing?

Edge computing menawarkan layanan yang lebih cepat dan stabil dengan biaya yang lebih rendah. Bagi pengguna, edge computing memberikan kinerja yang lebih cepat dan lebih konsisten. Sedangkan bagi perusahaan dan penyedia layanan, edge computing merupakan aplikasi dengan latensi rendah dan tersedia dengan real-time monitoring.

Edge computing dapat mengurangi biaya jaringan, menghindari kendala bandwidth, mengurangi penundaan transmisi, membatasi kegagalan layanan, dan memberikan kontrol yang lebih baik atas pergerakan data sensitif. Waktu muat akan dipotong dan layanan online disebarkan lebih dekat ke pengguna, memungkinkan kemampuan caching yang dinamis dan statis.

Contoh aplikasi yang mendapat manfaat dari waktu respons yang lebih rendah adalah aplikasi augmented reality dan virtual reality.

Manfaat lain dari edge computing yaitu kemampuan untuk melakukan analitik dan agregasi data besar di tempat, yang memungkinkan pengambilan keputusan hampir real-time. Edge computing semakin mengurangi risiko pengungkapan data sensitif dengan menjaga semua daya komputasi itu tetap berada di perangkat lokal, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menerapkan praktik keamanan atau memenuhi kebijakan peraturan.

Pelanggan perusahaan akan mendapat manfaat dari ketahanan dan biaya yang berkaitan dengan edge computing. Dengan menjaga daya komputasi tetap berada di perangkat lokal, situs regional dapat terus beroperasi secara independen dari situs inti, bahkan jika sesuatu menyebabkan situs inti berhenti beroperasi. Kita juga dapat mengurangi anggaran untuk membayar bandwidth jika ingin mengambil data bolak-balik antara situs inti dan regional dengan menjaga kekuatan pemrosesan komputasi lebih dekat ke sumbernya.

Platform edge dapat membantu memberikan konsistensi operasi dan pengembangan aplikasi. Ini harus mendukung interoperabilitas untuk memperhitungkan campuran yang lebih besar dari hardware dan software, dibandingkan dengan data center. Strategi edge computing yang efektif juga memungkinkan produk dari beberapa vendor untuk bekerja sama dalam ekosistem terbuka.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenali apa itu Kotlin?

Kotlin adalah salah satu bahasa pemograman yang diandalkan untuk membangun aplikasi smartphone, terutama Android. Namun, apakah kamu sudah cukup familiar dengan apa itu Kotlin? Sebenarnya bahasa pemrograman ini semakin populer, lho. Pasalnya,  pada tahun 2017 lalu Google mengumumkan bahwa Kotlin menjadi salah satu bahasa resmi untuk membangun aplikasi Android. Umumnya para developer yang membuat aplikasi Android menggunakan bahasa pemrograman Java. Namun, sejak Kotlin diumumkan sebagai salah satu bahasa yang bisa digunakan untuk membuat aplikasi berbasis Android, bahasa pemrograman itu pun jadi semakin populer. Apa Itu Kotlin? Menurut GeeksforGeeks, Kotlin adalah bahasa pemrograman general-purpose yang dikembangkan oleh JetBrains. Kotlin memiliki konstruksi yang berorientasi objek dan fungsional. Pengguna bisa menggunakannya dengan orientasi objek, fungsional, atau menggabungkan keduanya. Dalam situs resminya disebutkan bahwa Kotlin adalah bahasa pemrograman open source yang pertama ka

Mengenal Apa Itu Blockchain?

Dunia blockchain semakin populer di Dunia saat ini, khususnya di negara Indonesia. Semenjak tingginya rasa ingin tahu dari masyarakat terhadap dunia cryptocurrency, semakin tinggi juga pencarian mengenai teknologi blockchain. Bukan hanya di kalangan komunitas IT, namun teknologi ini mulai familiar di kalangan masyarakat awam. Fenomena yang berawal dari perkembangan teknologi internet ini kian menjadi sorotan masyarakat umum. Lalu, apa sebenarnya teknologi blockchain? Apa kaitannya dengan aset cryptocurrency? Apa itu Blockchain? Secara umum, Blockchain dapat diartikan sebagai buku besar digital, di mana setiap transaksi dicatat dan diamankan di banyak database yang tersebar luas di komputer. Dengan kata lain, Blockchain itu salah satu teknologi yang sudah tidak menggunakan pihak ketiga lagi dalam proses pertukaran data atau transaksi. Contohnya, jika kita berbelanja di suatu toko dengan metode pembayaran debit, maka pihak ketiga yang dimaksud adalah Bank yang menghubungkan pembeli denga

Perbedaan dari Front-end dan Back-end

Front End dan Back End adalah dua hal yang berkaitan dengan bagaimana sebuah website maupun aplikasi dapat bekerja dan diakses oleh pengguna. Berkaitan dengan proses web development, front end adalah apa yang pengguna lihat pada tampilan sebuah website. Sedangkan back end adalah sistem di balik layar yang mengolah database dan juga server. Bagian front end sering pula disebut sebagai "client-side" dan back-end disebut dengan "server-side". Orang yang mengelola front end dan back end biasa disebut dengan panggilan Full Stack Developer, sedangkan apabila hanya salah satunya saja, dapat disebut dengan Front End Developer dan Back End Developer. Dari segi peranan, Front End Developer berperan mengembangkan tampilan situs dengan menggunakan bahasa pemrograman seperti CSS (Cascading Style Sheets), HTML (Hypertext Markup Language), dan Javascript. Sedangkan untuk Back End Developer bertugas memastikan bahwa sebuah situs dapat berfungsi dan diakses melalui monitoring "