Langsung ke konten utama

Test Driven Development: Arti, Manfaat, dan Cara Melakukannya

Dalam dunia pemrograman, ada banyak pendekatan yang dilakukan untuk mengembangkan suatu produk, salah satunya adalah test driven development (TDD). Ternyata, metode ini cukup kontroversial di dunia pemrograman.

Menurut Devmountain, beberapa programmer beranggapan bahwa metode test driven development membutuhkan waktu yang sangat banyak. Oleh karena itu, prosesnya jadi cukup lama dan melelahkan. Akan tetapi, sebenarnya, tak sedikit juga manfaat dari gaya pemrograman ini, lho. Nah, memangnya, seperti apa sih cara melakukan metode tersebut? Lalu, apa saja plus minus dari test driven development?

Apa Itu Test Driven Development?



Mengutip IBM Developer, test driven development merupakan suatu cara programming yang cukup unik. Pasalnya, ia merupakan kebalikan dari metode development dan testing yang umum. Pada test driven development, kamu menyusun unit untuk testing terlebih dahulu dan mengimplementasikan perubahannya kemudian.

Proses ini mengombinasikan pemrograman, pembuatan testing unit, dan refactoring. Para developer membuat test case kecil pada awalnya yang kemudian diuji coba. Nah, jika tes ini gagal, kode baru harus dibuat. Tujuannya adalah untuk menghindari kode yang terulang.

TDD dikembangkan dari prinsip Agile dan Extreme programming. Dengan metode ini, developer dan tester bisa mendapat kode yang sudah optimal. Harapannya, kode ini bisa bekerja dengan baik untuk waktu yang lama. Nah, untuk sedikit lebih memahami bagaimana cara kerja TDD, yuk, lihat ilustrasi prosesnya di bawah ini.

Cara Melakukan TDD

Pada dasarnya, ada 5 tahap untuk melakukan test TDD, yaitu:

  1. Buat tes
  2. Lakukan uji coba dan lihat apakah terjadi kegagalan
  3. Tulis kode sesuai dengan hasil di tahap 2
  4. Mulai uji kembali dan lakukan refactor pada kode
  5. Ulangi

Secara teori, tahap-tahap ini cukup sederhana untuk dipahami, bukan? Selain urutan di atas, ada juga yang menggambarkan prosesnya seperti ini.


Dalam flowchart atau workflow ini, ada warna merah, hijau, dan biru. Oleh karena itu, namanya adalah Red-Green-Refactoring. Warna-warna ini memiliki arti tersendiri, yaitu menunjukkan status tes dalam satu siklus. Warna merah menunjukkan bahwa kode tidak bekerja. Sementara, hijau menunjukkan bahwa semuanya bekerja dengan baik, tetapi belum optimal. Terakhir, warna biru berarti tester sedang melakukan refactoring dan mengupayakan untuk membuat kode yang lebih baik.

Manfaat Test Driven Development

1. Bug cepat teridentifikasi

Bug atau masalah dalam kode pemrograman cepat diketahui jika menggunakan metode test driven development. Pasalnya, uji coba terus menerus dilakukan secara berulang dalam proses yang singkat.

2. Desain yang lebih bagus

Test driven development adalah metode yang membantu membuat kode lebih mudah dipahami. Selain itu, interaksi dengan modul lain juga lebih jelas. Karena ditulis dalam kode-kode yang lebih singkat, TDD juga jadi tidak rumit.

3. Menghindari kerusakan akibat refactor

Saat melakukan refactor kode, kamu mungkin akan menghadapi masalah atau kerusakan dalam kode. Akan tetapi, dengan TDD yang terautomatisasi, kamu dapat memperbaiki masalah ini sebelum rulus. Pasalnya, akan ada peringatan yang memberimu informasi tentang kerusakan kode ini. Kode buatanmu bisa lebih cepat dan ekstensif dengan bug yang lebih mudah diatasi.

4. Mudah diambil alih

Tentunya, pengembangan suatu software akan lebih mudah dilakukan bersama. Test driven development adalah metode yang mudah dilanjutkan jika salah satu anggota sedang tidak masuk kerja. Developer tak perlu bingung harus melanjutkan dari mana, karena kode yang ada sangat mudah dibagikan dan dipahami. Dengan begitu, efektivitas kerja tim akan lebih optimal.

5. Mudah bagi developer

Meskipun TDD cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama untuk selesai, developer tidak perlu melakukan debugging berulang-ulang. Pasalnya, kesalahan dalam kode sudah bisa dikurangi dari awal. Jadi, developer menghasilkan kode yang lebih clean dan tidak begitu kompleks.

Framework Test Driven Development

Di dunia pemrograman, ada beragam bahasa pemrograman. Oleh sebab itu, tersedia juga banyak framework untuk test driven development. Framework-framework ini adalah sarana untuk mempermudah proses pengerjaan suatu produk dengan pendekatan test driven development. Nah, ini dia beberapa framework yang boleh jadi pilihan:

  1. csUnit dan NUnit: unit testing untuk .NET
  2. PyUnit dan DocTest: unit testing untuk Python
  3. Junit: unit testing untuk Java
  4. TestNG: unit testing untuk Java yang lebih fleksibel dari Junit
  5. Rspec: testing framework untuk Ruby

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenali apa itu Kotlin?

Kotlin adalah salah satu bahasa pemograman yang diandalkan untuk membangun aplikasi smartphone, terutama Android. Namun, apakah kamu sudah cukup familiar dengan apa itu Kotlin? Sebenarnya bahasa pemrograman ini semakin populer, lho. Pasalnya,  pada tahun 2017 lalu Google mengumumkan bahwa Kotlin menjadi salah satu bahasa resmi untuk membangun aplikasi Android. Umumnya para developer yang membuat aplikasi Android menggunakan bahasa pemrograman Java. Namun, sejak Kotlin diumumkan sebagai salah satu bahasa yang bisa digunakan untuk membuat aplikasi berbasis Android, bahasa pemrograman itu pun jadi semakin populer. Apa Itu Kotlin? Menurut GeeksforGeeks, Kotlin adalah bahasa pemrograman general-purpose yang dikembangkan oleh JetBrains. Kotlin memiliki konstruksi yang berorientasi objek dan fungsional. Pengguna bisa menggunakannya dengan orientasi objek, fungsional, atau menggabungkan keduanya. Dalam situs resminya disebutkan bahwa Kotlin adalah bahasa pemrograman open source yang pertama ka

Mengenal Apa Itu Blockchain?

Dunia blockchain semakin populer di Dunia saat ini, khususnya di negara Indonesia. Semenjak tingginya rasa ingin tahu dari masyarakat terhadap dunia cryptocurrency, semakin tinggi juga pencarian mengenai teknologi blockchain. Bukan hanya di kalangan komunitas IT, namun teknologi ini mulai familiar di kalangan masyarakat awam. Fenomena yang berawal dari perkembangan teknologi internet ini kian menjadi sorotan masyarakat umum. Lalu, apa sebenarnya teknologi blockchain? Apa kaitannya dengan aset cryptocurrency? Apa itu Blockchain? Secara umum, Blockchain dapat diartikan sebagai buku besar digital, di mana setiap transaksi dicatat dan diamankan di banyak database yang tersebar luas di komputer. Dengan kata lain, Blockchain itu salah satu teknologi yang sudah tidak menggunakan pihak ketiga lagi dalam proses pertukaran data atau transaksi. Contohnya, jika kita berbelanja di suatu toko dengan metode pembayaran debit, maka pihak ketiga yang dimaksud adalah Bank yang menghubungkan pembeli denga

Perbedaan dari Front-end dan Back-end

Front End dan Back End adalah dua hal yang berkaitan dengan bagaimana sebuah website maupun aplikasi dapat bekerja dan diakses oleh pengguna. Berkaitan dengan proses web development, front end adalah apa yang pengguna lihat pada tampilan sebuah website. Sedangkan back end adalah sistem di balik layar yang mengolah database dan juga server. Bagian front end sering pula disebut sebagai "client-side" dan back-end disebut dengan "server-side". Orang yang mengelola front end dan back end biasa disebut dengan panggilan Full Stack Developer, sedangkan apabila hanya salah satunya saja, dapat disebut dengan Front End Developer dan Back End Developer. Dari segi peranan, Front End Developer berperan mengembangkan tampilan situs dengan menggunakan bahasa pemrograman seperti CSS (Cascading Style Sheets), HTML (Hypertext Markup Language), dan Javascript. Sedangkan untuk Back End Developer bertugas memastikan bahwa sebuah situs dapat berfungsi dan diakses melalui monitoring "